Kata Pengantar
Puji syukur senantiasa
kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kami semua. Dengan pertolongan dan hidayah-Nyalah kami
bisa menyelesaikan makalah sejarah dengan judul “KESULTANAN BANTEN” yang
di ampu oleh guru kami Ibu Hj.Zulfah Ratnawati S.Pd.
Shalawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa
menjadi teladan bagi semua umat serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Dengan harapan dapat dimanfaatkan oleh
pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna,mohon kritik dan saran
agar kami dapat menyempurnakan makalah-makalah berikutnya. Kami juga mohon
ma’af atas koreksi disana-sini dari berbagai pihak dengan senang hati kami
terima.
KESULTANAN BANTEN
A.Sejarah Kesultanan Banten
Kesultanan Banten
merupakan kerajaan islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten,Indonesia.
Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke
kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan
kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.
Maulana
Hasanuddin,putra Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut.Setelah
penaklukan tersebut,Maulana Hasanuddin mendirikan benteng pertahanan yang
disebut Surosowan,yang kemudian hari
menjadi pusat pemerintahan setelah banten menjadi kesultanan yang berdiri
sendiri.
Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten
mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan
penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang
saudara, dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun
perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni
Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir
runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol
kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada masa-masa akhir pemerintanannya,
para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.
A.Pembentukan
awal
De Stad Bantam, lukisan cukilan lempeng logam
(engraving) karya François Valentijn, Amsterdam, 1726.
Pada awalnya kawasan Banten juga
dikenal
dengan Banten Girang merupakan
bagian dari Kerajaan Sunda.Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan
tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah islam.Kemudian dipicu
oleh
adanya kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan politik,hal ini dianggap dapat membahayakan
kedudukan kerajaan demak selepas kekalahan mereka mengusir Portugal dari Malaka
tahun 1513.Atas
perintah Trenggana,bersama Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukan
Pelabuhan Klapa sekitar tahun 1527,yang sewaktu itu merupakan pelabuhan utama
di Kerajaan Sunda.
Selain mulai membangun benteng
pertahanan di Banten,Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasankekuasaan ke
daerah penghasil lada di Lampung.Ia berperan dalam penyebaran islam di kawasan
tersebut,selain itu ia juga telah melakukan kontak dagang dengan raja Malangkabu(Minangkabau,kerajaan
Inderapura),Sultan Munawar Syah dan dianugerahi keris oleh raja tersebut.
Seiring dengan kemunduran Demak
setelah meninggalnya Trenggana,Banten yang sebelumnya vazal dari Kerajaan
Demak,mulai melepaskan diri dan menjadikan kerajaan yang mandiri.Maulana Yusuf
anak dari Maulana Hasanuddin,naik tahta pada tahun 1570 melanjutkan ekspansi
Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan Pajajaran tahun
1579.Kemudian digantikan anaknya Maulana Muhammad,yang mencoba menguasai
Palembang tahun 1596 sebagai bagian usaha Banten untuk mempersempit gerakan
Portugal di nusantara,namun gagal karena ia meninggal dalam penaklukkan
tersebut.
Pada masa Pangeran Ratu anak dari
Maulana Muhammad,ia menjadi raja pertama di Pulau Jawa yang mengambil gelar
”Sultan” pada tahun 1638 dengan nama arab Abu
Al-Mufakhir Mahmud Abdulkadir.Pada masa ini Sultan Banten telah mulai
secara intensif melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang ada pada
waktu itu,salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada raja Inggris,James I tahun 1605 dan
tahun 1629 kepada Charles I.
B. Puncak
kejayaan
Kesultanan Banten merupakan kerajaan
maritim dan mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya.Monopoli atas perdagangan lada di Lampung, menempatkan penguasa Banten
sekaligus sebagai perdagangan perantara dan Kesultanan Banten berkembang pesat,
menjadi salah satu pusat niaga yang penting pada masa itu.Perdagangan laut
berkembang ke seluruh Nusantara, Banten menjadi kawasan multi-etnis. Dibantu orang inggris,Denmark,tionghoa,Banten berdagang dengan Persia,India,Siam,Vietnam,Filiphina,Cina dan Jepang.
Masa Sultan Ageng Tirtayasa (bertahta 1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan Banten. Di
bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas contoh Eropa,serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan
Banten. Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga
mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura(Kalimantan Barat sekarang) dan menaklukkannya
tahun 1661.Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan VOC,yang
sebelumnya telah melakukan blockade atas kapal-kapal dagang menuju Banten.
C. Perang
saudara
Sekitar tahun 1680 muncul perselisihan
dalam Kesultanan Banten, akibat perebutan kekuasaan dan pertentangan antara
Sultan Ageng dengan putranya Sultan Haji. Perpecahan ini dimanfaatkan oleh vereenigde
oostindische compagnie(VOC)yang memberikan dukungan kepada Sultan Haji, sehingga perang saudara tidak
dapat dielakkan. Sementara dalam memperkuat posisinya, Sultan Haji sempat
mengirimkan 2 orang utusannya,menemui
Raja Inggris di London tahun 1682 untuk mendapatkan dukungan serta bantuan persenjataan.Dalam perang
ini Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan pindah ke kawasan yang
disebut dengan Tirtayasa, namun pada 28 Desember 1682 ini juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC. Sultan
Ageng bersama putranya yang
Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf dari Makassar ke arah selatan pedalaman Sunda. Namun pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng tertangkap kemudian ditahan di Batavia.
Sementara VOC terus mengejar dan
mematahkan perlawanan pengikut Sultan Ageng yang masih berada dalam pimpinan
Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf.Pada
5 Mei 1683, VOC mengirim Untung Suropati yang berpangkat
letnan beserta pasukan Balinya, bergabung dengan pasukan pimpinan Letnan Johannes Maurits van Happel
menundukkan kawasan Pamotan dan Dayeuh Luhur, di mana pada 14 Desenber 1683,mereka berhasil menawan Syekh Yusuf. Sementara
setelah terdesak akhirnya Pangeran Purbaya menyatakan menyerahkan diri.
Kemudian Untung Surapati disuruh oleh Kapten Johan Ruisj untuk menjemput
Pangeran Purbaya, dan dalam perjalanan membawa Pangeran Purbaya ke Batavia,
mereka berjumpa dengan pasukan VOC yang dipimpin oleh Willem Kuffeler, namun
terjadi pertikaian di antara mereka, puncaknya pada 28 Januari 1684, pos pasukan Willem Kuffeler dihancurkan, dan berikutnya
Untung Surapati beserta pengikutnya menjadi buronan VOC. Sedangkan Pangeran
Purbaya sendiri baru pada
7 Februari 1684 sampai di
Batavia.
D. Penurunan
Bantuan dan dukungan VOC kepada Sultan
Haji mesti dibayar dengan memberikan kompensasi kepada VOC di antaranya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC, seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint
Martin, Admiral kapal VOC di
Batavia yang sedang
berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli
perdagangan lada di Lampung.Selain itu berdasarkan perjanjian tanggal 17 April 1684, Sultan Haji juga mesti mengganti kerugian akibat perang
tersebut kepada VOC.
Setelah meninggalnya Sultan Haji tahun
1687, VOC mulai mencengkramkan pengaruhnya di Kesultanan Banten, sehingga
pengangkatan para Sultan
Banten mesti mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral Hindia-Belanda di
Batavia.Sultan Abu Fadl Muhammad Yahya diangkat mengantikan Sultan Haji namun hanya berkuasa
sekitar tiga tahun, selanjutnya digantikan oleh saudaranya Pangeran Adipati dan
kemudian dikenal juga dengan gelarKang Sinuhun ing Nagari Banten.
Perang saudara yang berlangsung di
Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya. Konfik antara
keturunan penguasa Banten maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat Banten,
atas ikut campurnya VOC dalam urusan Banten. Perlawanan rakyat kembali memuncak
pada masa akhir pemerintahan Sultan
Abul Fathi Muhammad Shyfa Zainul Arifin, di antaranya perlawanan Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa.
Akibat konflik yang berkepanjangan Sultan Banten kembali meminta bantuan VOC
dalam meredam beberapa perlawanan rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten telah
menjadi vassal dari VOC.
E. Penghapusan
kesultanan
Reruntuhan
Kraton Sultan di tahun 1859 (gambar oleh C. Buddingh dari Geschiedenis
van Nederlandsch Indië atau "Sejarah Hindia Belanda")
Reruntuhan
Kraton Kaibon, bekas istana kediaman Ibu Suri Sultan Banten, di tahun 1933
Pada tahun 1808 Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1808-1810,
memerintahkan pembangunan
Jalan Raya Pos untuk
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris.Daendels memerintahkan Sultan
Banten untuk memindahkan ibu kotanya
ke Anyer dan menyediakan
tenaga kerja untuk membangun pelabuhan yang direncanakan akan dibangun di Ujung Kulon . Sultan menolak perintah Daendels, sebagai jawabannya
Daendels memerintahkan penyerangan atas Banten dan penghancuran Istana
Surosowan. Sultan beserta keluarganya disekap di Puri Intan (Istana Surosowan)
dan kemudian dipenjarakan di Benteng Speelwijk.Sultan Abu Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin kemudian diasingkan dan dibuang ke Batavia. Pada 22 November 1808, Daendels mengumumkan dari markasnya di Serang bahwa wilayah Kesultanan Banten telah diserap ke dalam wilayah Hindia Belanda.
Kesultanan Banten resmi dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris.Pada tahun itu,Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Rafless.Peristiwa ini merupakan pukulan pamungkas yang mengakhiri
riwayat Kesultanan Banten.
F. Agama
Lukisan litograf Masjid Agung Banten pada kurun 1882-1889.
Berdasarkan data arkeologis, masa awal
masyarakat Banten dipengaruhi oleh beberapa kerajaan yang membawa keyakinan Hindu Budha,seperti Tarumanegara,Sriwijaya dan Kerajaan
Sunda.Dalam Babad Banten menceritakan
Sunan Gunung Jati bersama Maulana Hasanuddin melakukan prnyebaran agama islam
secara intensif kepada penguasa Banten Girang beserta penduduknya,
Islam menjadi pilar pendirian Kesultanan
Banten, Sultan Banten dirujuk memiliki silsilah sampai kepada Nabi Muhammad, dan menempatkan para ulama memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakatnya, seiring itu tarekat maupun
tasawuf juga berkembang di Banten. Sementara budaya masyarakat
menyerap Islam sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Beberapa tradisi yang ada
dipengaruhi oleh perkembangan Islam di masyarakat, seperti terlihat pada
kesenian bela diri Debus.
Toleransi umat beragama di Banten,
berkembang dengan baik. Walau didominasi oleh muslim, namun komunitas tertentu diperkenankan membangun sarana peribadatan
mereka, di mana sekitar tahun
1673 telah berdiri
beberapa klenteng pada kawasan sekitar pelabuhan Banten.
G. Perekonomian
Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi Banten, selain di bidang
perdagangan untuk daerah
pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di
beberapa kawasan pedalaman seperti
Lebak, perekonomian
masyarakatnya ditopang oleh kegiatan
perladangan, sebagaimana
penafsiran dari naskah sanghyang siksakanda ng karesian yang menceritakan adanya istilah pahuma (peladang), panggerek(pemburu)dan panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih
kepada sistem ladang, begitu juga dengan nama peralatanya seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap..
Tak dapat dipungkiri sampai pada tahun 1678, Banten telah
menjadi kota metropolitan, dengan jumlah penduduk dan kekayaan
yang dimilikinya menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di dunia
pada masa tersebut.
H. Pemerintahan
Bendera
Kesultanan Banten, versi pelat Jepang tahun 1876.
Setelah Banten
muncul sebagai kerajaan yang mandiri, penguasanya menggunakan gelar Sultan, sementara dalam lingkaran istana terdapat gelar Pangeran
Ratu, Pangeran Adipati, Pangeran Gusti, danPangeran
Anom yang disandang oleh para pewaris. Pada pemerintahan Banten
terdapat seseorang dengan gelar
Mangkubumi,kadi,patih,serta syahbandar yang memiliki peran dalam administrasi pemerintahan.
Sementara pada masyarakat Banten terdapat kelompok bangsawan yang digelari dengan tubagus(Ratu Bagus),ratu atau sayyid, dan golongan
khusus lainya yang mendapat kedudukan istimewa adalah terdiri atas kaum ulama,pamong praja, serta kaum jawara.
Pusat
pemerintahan Banten berada antara dua buah
sungai yaitu Ci Banten dan Ci Karangantu. Di kawasan tersebut dahulunya juga didirikan pasar,alun-alun dan istana surosowan yang dikelilingi oleh tembok beserta parit,
sementara disebelah utara dari istana dibangun Masjid Agung Banten dengan
menara berbentuk mercusuar yang kemungkinan dahulunya juga berfungsi sebagai menara pengawas untuk melihat
kedatangan kapal di Banten.
Berdasarkan Sejarah Banten, lokasi pasar utama di Banten berada antara Masjid Agung
Banten dan Ci Banten, dan dikenal dengan nama Kapalembangan.
Sementara pada kawasan alun-alun terdapat paseban yang
digunakan oleh Sultan Banten sebagai tempat untuk menyampaikan maklumat kepada
rakyatnya. Secara keseluruhan rancangan kota Banten berbentuk segi empat yang
dpengaruhi oleh konsep Hindu-Budha atau representasi yang dikenal dengan nama mandala.Selain itu pada kawasan kota terdapat beberapa
kampong yang mewakili etnis tertentu, seperti Kampung Pekojan (Persia) dan Kampung Pecinan.
Kesultanan Banten telah menerapkan cukai atas kapal-kapal yang singah ke Banten, pemungutan cukai
ini dilakukan oleh Syahbandaryang berada di kawasan yang
dinamakan Pabean. Salah seorang syahbandar yang terkenal pada masa
Sultan Ageng bernamaSyahbandar Kaytsu.
I.
Daftar penguasa Banten
·
Maulana
Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin 1552-1570
·
Maulana
Yusuf atau Pangeran
Pasareya 1570-1585
·
Maulan
Muhammad atau Pangeran
Sedangrana 1585-1596
·
Sultan
Abu Mufakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu
1596-1647
·
Sultan
Abu al Ma’ali Ahmad 1647-1651
·
Sultan
Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu
al-Fath Abdul Fattah 1651-1682
·
Sultan Haji atau Abu Nashar Abdul Qahar 1683-1687
·
Sultan
Abu Fadhl Muhammad Yahya 1687-1690
·
Sultan
Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin 1690-1733
·
Sultan
Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin 1733-1747
·
Ratu
Syarifah Fatimah 1747-1750
·
Sultan
Arif Zainul Assyiqin al-Qadiri 1753-1773
·
Sultan
Abul Mufakhir Muhammad Aliuddin 1773-1799
·
Sultan
Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1799-1803
·
Sultan
Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin 1803-1808
J. Warisan
sejarah
Setelah dihapuskannya Kesultanan
Banten, wilayah Banten menjadi bagian dari kawasan kolonialisasi. Pada masa
pemerintahan Hindia Belanda, tahun 1817 Banten dijadikan keresidenan,
dan sejak tahun 1926 wilayah tersebut menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat . Kejayaan masa lalu Kesultanan Banten menginspirasikan
masyarakatnya untuk menjadikan kawasan Banten kembali menjadi satu kawasan
otonomi, reformasi pemerintahan
Indonesia berperan
mendorong kawasan Banten
sebagai provinsi tersendiri yang
kemudian ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000.
Selain itu masyarakat Banten telah
menjadi satu kumpulan etnik tersendiri yang diwarnai oleh perpaduan antar-etnis
yang pernah ada pada masa kejayaan Kesultanan Banten, dan keberagaman ini
pernah menjadikan masyarakat Banten sebagai salah satu kekuatan yang dominan di Nusantara.
Penutup
dan Kesimpulan
a.
Kesultanan Banten merupakan kerajaan islam
yang pernah berdiri di Provinsi Banten,Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526,
ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau
Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya
sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan
b.
Raja-raja yang terkenal diantaranya yaitu
Sultan Maulana Hasanuddin,Maulana Yusuf,Maulana Mahmud,Sultan Ageng
Tirtayasa,Sultan Haji,dll.
c.
Sekitar tahun
1680 muncul perselisihan dalam Kesultanan Banten, akibat perebutan kekuasaan
dan pertentangan antara Sultan Ageng dengan putranya Sultan Haji.Politik Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC
sangat keras,namun tidak di setujui oleh putranya Sultan Haji sehingga terjadi
paerselisihan.Sultan Haji minta bantuan VOC sehingga kerajaan Banten yang jaya
dan besar kemudian di bawah pengaruh VOC.
d.
Islam menjadi
pilar pendirian Kesultanan Banten, Sultan Banten dirujuk memiliki silsilah
sampai kepada Nabi Muhammad, dan menempatkan para ulama meiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakatnya,
seiring itu tarekat maupun tasawuf juga berkembang di Banten.
e.
Pusat
pemerintahan Banten berada antara dua buah
sungai yaitu Ci Banten dan Ci Karangantu. Di kawasan tersebut dahulunya juga didirikan pasar,alun-alun dan istana surosowan yang dikelilingi oleh tembok beserta parit,
sementara disebelah utara dari istana dibangun Masjid Agung Banten dengan menara
berbentuk mercusuar yang kemungkinan dahulunya juga berfungsi sebagai menara pengawas untuk melihat
kedatangan kapal di Banten.
f.
Kehidupan
ekonomi kesultanan Banten berkembang pada Bandar perdagangan dan pusat
penyebaran agama islam.Pelabuhan Banten saat itu merupakan pelabuhan ekspor
untuk perdagangan lada. Selain itu,keuntungan yang di dapat dari bidang
perdagangan lada,digunakan untuk mengembangkan sector pertanian di pedalaman.
Daftar
Pustaka
Adipranoto,Sudiyoto.1994.Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah.Surakarta:Widya Duta.
Badrika,I Wayan.2006.Sejarah SMA
2.Jakarta:Erlangga.
Ricklefs,M.C1991.Sejarah
Indonesia Modern.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Soekmono,R.1985.Pengantar Sejarah Kebudayaan.Yogyakarta:Kanisius.
Wurjantoro,Edhie.1996.Sejarah
Nasional dan Umum 1.Jawa Tengah:Perum Balai Pustaka.
www.wikipedia/wiki/sejarahkerajaan-banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar