Minggu, 18 Desember 2016

LEGENDA AIR TERJUN SONGGO LANGIT JEPARA


Jepara merupakan salah satu destinasi wisata yang paling dicari. karena alamnya yang indah. dibalik keindahan alam kota jepara, ada legenda yang unik yang wajib kita simak diantaranya legenda air terjun songgo langit.



Air terjun ini mempunyai ketinggian 80 meter dan lebar 2 meter. Di bawahnya terdapat kolam penampungan air yang mencapai kedalaman 3 meter yang dapat digunakan untuk mandi atau berenang.  Konon menurut cerita bahwa tempat ini akan menjadikan awet muda bagi para pengunjung yang melakukan cuci muka ataupun mandi.
Songgolangit berarti menyangga langit atau dalam bahasa Jawa disebut nyonggo langit. Dinamai demikian karena jika dilihat dari bawah, air terjun itu seperti menyangga langit.
 
Dikisahkan ada seorang jejaka yang berasal dari desa Tunahan menjalin cinta dengan seorang gadis cantik asal Dukuh Sumanding Desa Blucu Kecamatan Kembang. Jalinan cinta mereka ahirnya berlanjut hingga ke jenjang perkawinan. Di sini diceritakan bahwa antara desa Tunahan dan desa Blucu terbentang  sungai  (sekarang ini sungai yang berada  di  atas obyek wisata tersebut airnya mengalir ke bawah menjadi air terjun). Pada zaman dahulu seorang laki-laki melamar seorang perempuan harus membawa perabotan dapur seperti wajan, piring, gelas, dan lain lain . Serta membawa hewan piaraan kerbau, sapi, atau kambing.

Pada suatu fajar si isteri bersiap menyiapkan makanan pagi untuk si suami tercinta. Dalam penyediaan sarapan tersebut si isteri kurang hati-hati sehingga menimbulkan suara-suara alat dapur yang saling bersentuhan. Alkisah, sang mertua (ibu si isteri) menegur anaknya  “Ojo glondhangan, mengko mundhak bojomu tangi” atau dalam bahasa Indonesia  “Jangan gaduh, nanti suamimu terbangun”. Rupanya si suami salah mendengar “Kerjo kok glondhangan, rumangsamu barange bojomu” atau dalam bahasa Indonesia “Kerja kok gaduh, memangnya barang bawaan suamimu”.

Pada saat itu juga si suami merasa tersinggung dengan perkataan sang mertua itu, kemudian pada suatu tengah malam kedua pengantin tersebut berniat pergi dari rumah untuk pindah ke tempat asal suami dengan mengendarai pedati/gerobak yang ditarik oleh sapi. Oleh karena jalannya begitu gelap, maka pedati yang mereka naiki salah jalan (kesasar) sehingga terasa pedati tersebut masuk jurang yang sangat dalam (sekarang air terjun Songgolangit) dan sepasang pengantin tersebut hilang tidak ada yang mengetahui keberadaanya.

Legenda tersebut bersifat turun temurun dan masih melekat kuat di hati masyarakat setempat sehingga merupakan pantangan antara orang-orang desa Tunahan dan desa Blucu untuk hidup sebagai suami isteri, karena dikuatirkan hubungan rumah tangga mereka akan mengalami kemelut.

Juga masyarakat sekitar percaya pada legenda tentang sepasang suami-istri yang menjadi penunggu kawasan itu. Mereka juga percaya air yang mengalir dari air terjun tersebut  berkhasiat membuat awet muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar